selama berabad-abad untuk
mengatasi bisul, luka dan
meningkatkan kekebalan. Kini
ilmuwan menemukan bahan kimia
dalam tanaman tersebut memiliki
sifat sebagai anti-malaria pada
manusia.
Malaria adalah penyakit yang
disebabkan oleh parasit dari
Plasmodium falciparum yang
disebarkan oleh nyamuk. Parasit
tersebut kini sudah kebal (resisten)
terhadap obat antimalaria yang
banyak digunakan saat ini
termasuk pada obat aratemisinin.
Jika hasil temuan ini benar-benar
bisa digunakan, maka tanaman
rumput laut akan dikembangkan
sebagai salah satu obat anti-malaria
yang dapat digunakan pada
manusia.
Para peneliti dari Georgia Institute
of Technology menuturkan bahwa
kelas dari senyawa yang
terkandung dalam rumput laut
yang disebut bromophycolides
bisa digunakan atau berpotensi
sebagai obat anti malaria.
"Molekul-molekul ini memberikan
petunjuk yang mengarah pada
pengobatan malaria, dan mereka
bekerja melalui suatu mekanisme
yang menarik untuk kita pelajari,"
ujar Dr Julia Kubanek, seperti
dikutip dari Dailymail, Selasa
(22/2/2011).
Bahan kimia ini telah diujikan
terhadap malaria dalam skala
laboratorium. Langkah berikutnya
peneliti akan melakukan pengujian
terhadap hewan percobaan tikus
yang diberi penyakit malaria. Para
peneliti telah mengungkapkan studi
ini dalam American Association for
the Advancement of Science di
Washington DC.
"Rumput laut memang tidak
memiliki respons imun seperti
yang dilakukan manusia. Tapi
rumput laut memiliki beberapa
senyawa kimia di dalam
jaringannya yang berfungsi untuk
melindungi mereka, karenanya ia
akan menghambat masuknya
mikroba yang dapat menyerang
dan menyebabkan penyakit,"
ungkap Dr Kubanek.
Rumput laut adalah sejenis
ganggang dan dikonsumsi oleh
banyak orang di seluruh dunia
seperti untuk sup atau sushi.
Dalam pengobatan herbal rumput
laut biasanya digunakan untuk
mengobati arthritis, pilek, flu dan
masalah cacing.
No comments:
Post a Comment