Thursday, January 13, 2011
Amsterdam,Berkebun Untuk Menghasilkan Listrik
AMSTERDAM--Di
atap gedung pusat riset Universitas
Wageningen di provinsi Gelderland,
Belanda, dilakukan riset yang tidak
lazim. Di bagian tepian atap terlihat
dua bak berbentuk segiempat sama
sisi yang masing-masing memuat
12 ember plastik berisi air dan
lumpur. Di dalamnya para ilmuwan
membudidayakan berbagai jenis
rumput dan tanaman air lainnya.
Tapi bukan budidaya tanamannya
yang menjadi tema utama riset di
Universitas Wageningen ini,
melainkan simbiose antara tanaman
dan bakteri untuk pembangkitan
energi.
David Strik, pakar biokimia yang
melakukan penelitian menjelaskan,
"Kami di sini memiliki tanaman dan
bakteri yang bekerjasama.
Prinsipnya dapat diterangkan secara
sederhana. Tanaman lewat
fotosintesa memproduksi unsur
Karbon, dan meneruskan hingga 40
persen unsur organik ini ke dalam
tanah. Di sana hidup bermacam
mikro-organisme, bakteri dan jamur
yang hidup dari unsur organik dari
tanaman itu. Kami membuat baterai
biologis, dengan menancapkan dua
elektrode, di lokasi di mana
bakterinya tumbuh dan dapat
memproduksi listrik."
Para ilmuwan di Belanda itu
menerapkan pengetahuan yang
sudah berumur setengah abad.
Yakni, semua organisme dalam
proses pencernaannya atau
tepatnya dalam pembakaran
glukosa di dalam tubuhnya,
membangkitkan energi listrik lemah.
Mayoritasnya dimanfaatkan untuk
proses metabolisme tubuh sendiri.
Akan tetapi pada bakteri terjadi hal
yang berbeda. Biasanya bakteri
melepaskan energi listrik ini kepada
Oksigen yang ada di udara. Dalam
kondisi an-aerob atau tidak ada
Oksigen, bakteri akan mencari unsur
lainnya untuk menerima pelepasan
energi listrik yang berlebihan dari
hasil pencernaannya. Proses itu
ditemukan oleh para ilmuwan dari
Universitas Greifswald beberapa
tahun lalu. Mereka kemudian
mengembangkan apa yang disebut
sel bahan bakar mikroba MFC.
Bakteri dalam sel bahan bakar
mikroba hidup dalam sebuah
larutan yang mengandung bahan
makanan. Ke dalamnya dimasukkan
dua elektroda. Bakteri hanya
melepaskan energi listrik yang
berlebihan langsung ke kutub negatif
atau anoda. Listriknya kini dapat
disalurkan. Namun pada sel bahan
bakar mikroba MFC juga berlaku
dalil, output tidak dapat lebih besar
dari input. Dengan kata lain, agar
pemasokan listrik berlangsung stabil
dan kontinyu, bakterinya haru terus
menerus diberi makan. Inilah tugas
dari rumput yang ditanam di dalam
ember yang ditempatkan di atap
universitas Wageningen.
Tanamannya tumbuh dalam larutan
bahan makanan, dan menjamin
pasokan glukosa secara kontinyu.
"Apa yang kami buat, pada
dasarnya adalah sel pembangkit
energi matahari alami. Tanaman
menyerap energi matahari, dan
meneruskannya kepada bakteri
yang pada gilirannya memproduksi
listrik. Jadi kami dipasok listrik 24
jam dalam sehari. Jika bakterinya
masih ada, listrik terus diproduksi.
Musim dingin tahun lalu, semuanya
membeku dan seluruh sistemnya
tidak berfungsi. Tapi segera setelah
mencair lagi, listrik kembali ada,"
demikian dijelaskan David Strik.
Akan tetapi kapasitas pembangkitan
listriknya sedikit berfluktuasi,
tergantung dari kondisi hari, cuaca
dan jenis tanamannya. Sebab setiap
jenis tanaman memicu persyaratan
kehidupan yang berbeda-beda
untuk bakterinya. Daya listrik
terbesar selama ini dibangkitkan oleh
sejenis rumput yang biasanya
tumbuh di tepian sungai atau
kawasan perairan. Para peneliti
mengamati, juga tanaman padi
merupakan pembangkit energi yang
cukup bagus.
"Setiap meter perseginya saat ini
memproduksi 0,2 watt. Kami pikir
dalam waktu tiga tahun ke depan
dapat direalisasikan pembangkitan
tiga watt per meter perseginya. Apa
yang dapat kita lakukan dengan itu?
Tiga watt adalah daya yang tepat,
yang diperlukan untuk mengisi
kembali aku telepon seluler,"
dikatakan David Strik.
Juga para peneliti energi
memberikan gambaran
pemanfaatan berikutnya dari arus
listrik lemah yang dibangkitkan sel
bahan bakan mikroba MFC. Misalnya
untuk mengoperasikan penerangan
dari diode emisi cahaya LED. David
Strik menegaskan, ia akan
memasarkan dan menjual hasil
penelitian dan pengembangan ini. Ia
telah mengambil alih patennya dari
Universitas Wageningen dan
mendirikan sebuah perusahaan
swasta kecil bernama Plant-E.
Rencana besarnya adalah,
menanami seluruh permukaan atap
Univerisat Wageningen dengan
tumbuhan, untuk dapat
membangkitkan listrik. David
mengatakan, jika itu terwujud, maka
untuk pertama kalinya diproduksi
listrik paling hijau di dunia.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment